TUGAS JARINGAN INTERNET
“IP ADDRESS”
OLEH :
ZULFAHMI LUTFI
1229542070
PTIK 06
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Allah SWT,karena atas hidayah dan karunia-Nya,penyusunan “makalah IP ADDRESS”
ini dapat di rampungkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberi
sumbangsih yang besar kepada pembaca dalam memperdalam pelajaran komunikasi
data khususnya dalam materi lapisan jaringan.
Saya mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kesempurnaan makalah ini terutama kepada
Dosen pembimbing mata kuliah jaringan internet yang telah telah memberikan
bayak ilmu pengetahuan baru dan juga telah membimbing kami.
Saya harap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri saya pribadi dan para pembaca. isi menyadari bahwa isi dari
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saya mengharapkan kritik yang
membangun dan saran dari para pembaca agar laporan ini jadi lebih baik lagi.
Makassar, Maret 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi
menjadi wujud timbulnya berbagai bentuk pemakaian jaringan internet yang
bertujuan untuk mempermudah hubungan atau pemindahan suatu data dari komputer
yang satu dengan komputer yang lain walau dengan jarak yang jauh sekalipun.
Penggunaan sistem jaringan internet pada perusahaan merupakan suatu hal yang
penting, salah satunya adalah untuk mempercepat distribusi informasi. Seiring
timbulnya berbagai bentuk tempat-tempat Game Station yang On-line ke internet
langsung yang mana semua kebutuhan akan jaringan internet semakin meningkat.
Maka mulailah disadari bahwa
internet tumbuh ke seluruh dunia dengan pesat, hampir semua atau dapat
dikatakan semua user internet saat ini menggunakan internet protokol versi 4
(IPv4), dimana saat ini umur IPv4 sudah mendekati dua puluh tahun. IPv4 telah
terbukti tangguh selama ini, namun terdapat masalah terhadap IPv4 ini terutama
pada pengalokasian IP tersebut. Sehubungan dengan semakin berkurangnya alamat
IPv4 yang tersedia, maka dibutuhkan mekanisme baru untuk ditambahkan ke
internet. dimana pada saat itu juga orang-orang mulai menyadari cepat atau
lambat alamat IPv4 yang sebesar 32 bit akan semakin terbatas dan sulit
didapatkan pada masa-masa mendatang. Alasan utama untuk mulai beralih ke IPv6
adalah terbatasnya ruang pengalamatan, IPv6 memperbaiki sejumlah masalah dalam
IPv4, seperti keterbatasan alokasi alamat IP yang tersedia dalam IPv4, IPv6
juga menambahkan sejumlah perkembangan dari IPv4 seperti masalah routing dan
autokonfigurasi jaringan. IPv6 diharapkan secara bertahap menggantikan IPv4,
dengan adanya dua jenis IP (IPv4 dan IPv6) beberapa tahun selama periode
transisi. pada masa sekarang ini bukan hanya komputer saja yang terhubung
dengan internet namun peralatan sehari-hari seperti telepon selular, PDA, dan
sebagainya juga terhubung ke internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep dasar ip address
Walaupun bagi para pengguna Internet umumnya kita
hanya perlu mengenal hostname dari mesin yang dituju bukan ip address, seperti:syamsy.com,server.indo.net.id,
rad.net.id, ui.ac.id, itb.ac.id. Bagi komputer untuk bekerja langsung
menggunakan informasi tersebut akan relatif lebih sulit karena tidak ada
keteraturan yang dapat di programkan dengan mudah. Untuk mengatasi hal
tersebut, komputer mengidentifikasi alamat setiap komputer menggunakan
sekumpulan angka sebanyak 32 bit yang dikenal sebagai IP address.
Adanya IP Address merupakan
konsekuensi dari penerapan Internet Protocol untuk mengintegrasikan jaringan
komputer Internet di dunia. Seluruh host (komputer) yang terhubung ke Internet
dan ingin berkomunikasi memakai TCP/IP harus memiliki IP Address sebagai alat
pengenal host pada network. Secara logika, Internet merupakan suatu network
besar yang terdiri dari berbagai sub network yang terintegrasi. Oleh karena
itu, suatu IP Address harus bersifat unik untuk seluruh dunia. Tidak boleh ada
satu IP Address yang sama dipakai oleh dua host yang berbeda.
Dalam
mempermudah distribusinya IP address dibagi kedalam beberapa kelas, seperti
berikut ini:
Kelas A
Ciri-ciri
dari IP kelas A adalah sebagai berikut:
Format :
0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama
: 0
Panjang
network ID : 8
bit
Panjang host
ID
: 24 bit
Byte pertama
: 0 – 127
Jumlah
: 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range
IP
: 1.xxx.xxx.xxx sampai
126.xxx.xxx.xxx
Jumlah
IP
: 16.777.214 IP address
Kelas B
Format :
10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama
: 10
Panjang
network ID : 16
bit
Panjang host
ID
: 16 bit
Byte pertama
: 128 – 191
Jumlah
: 16.384 kelas B
Range
IP
: 128.0.xxx.xxx
sampai 191.155.xxx.xxx
Jumlah
IP
: 65.532 IP address
Kelas C
Format
:
110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
Bit pertama
: 110
Panjang
network ID : 24
bit
Panjang host
ID
: 8 bit
Byte pertama
: 192 – 223
Jumlah
: 2.097.152 kelas C
Range
IP
: 192.0.0.xxx
sampai 223.255.255.xxx
Jumlah
IP
: 254 IP address
Kelas D
Format : 1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm
Bit pertama
: 1110
Bit
multicast
: 28 bit
Byte inisial
:
224 – 247
Kelas D
merupakan ruang alamat multicast
Kelas E
Format: 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr
Bit pertama
: 1111
Bit
multicast
: 28 bit
Byte inisial
: 248 – 255
Kelas E
dicadangkan untuk keperluan experiment.
B.
IPV4
Alamat IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) adalah
sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan
TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit,
dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer di seluruh
dunia. Contoh alamat IP versi 4 adalah 192.168.0.3.
Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).
Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:
Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).
Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:
- Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat
jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan
di mana host berada. Dalam banyak kasus, sebuah alamat network identifier
adalah sama dengan segmen jaringan fisik dengan batasan yang dibuat dan
didefinisikan oleh router IP. Meskipun demikian, ada beberapa kasus di
mana beberapa jaringan logis terdapat di dalam sebuah segmen jaringan
fisik yang sama dengan menggunakan sebuah praktek yang disebut sebagai multinetting.
Semua sistem di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki
alamat network identifier yang sama. Network identifier juga harus
bersifat unik dalam sebuah internetwork. Jika semua node di dalam jaringan
logis yang sama tidak dikonfigurasikan dengan menggunakan network
identifier yang sama, maka terjadilah masalah yang disebut dengan routing
error. Alamat network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255.
- Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host)
yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa
workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di
dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan
harus bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan di mana ia
berada.
Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
- Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang
ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah
internetwork IP. Alamatunicast digunakan dalam komunikasi point-to-point
atau one-to-one.
- Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang
didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang
sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.
- Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang
didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan
yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi
one-to-many.
IPv4 terbagi dalam beberapa kelas, yaitu :
- kelas A
= 1-127
- kelas B
= 128-191
- kelas C
= 192-223
- kelas D
= 224-239
- kelas E
= 240-255
Yang umum digunakan adalah kelas A, B, dan C. untuk kelas D dan E disediakan untuk multicast dan percobaan atau penelitian. ada beberapa IP address yang diberi sifat khusus yaitu 127.0.0.1 yang berfungsi sebagai loop back ke perangkat itu sendiri. Ada juga yang disebut dengan IP address private, yang ada pada tiap kelas, yaitu :
- kelas A
= 10.0.0.0 – 10.255.255.255.255/8
- kelas B
= 172.16.0.0 – 172.31.255.255/16
- kelas C
= 192.168.0.0 – 192.168.255.255/24
Angka yang berada dibelakang ‘/’ itu menentukan banyaknya bit yang digunakan sebagai bit network yang akan menentukan alamat subnetmask. jika kita sudah bicara tentang subnetmask, akan lebih mudah mencarinya dalam bentuk biner dibandingkan dalam bentuk desimal.
Sebenarnya, IP address itu terdiri dari 32 bit yang dibagi menjadi 4 oktet yang dipisahkan dengan titik. dibawah ini adalah representasi dari tiap kelas dalam bentuk biner
- kelas A
= 0xxxxxxx.zzzzzzzz.zzzzzzzz.zzzzzzzz
- kelas B
= 10xxxxxx.xxxxxxxx.zzzzzzzz.zzzzzzzz
- kelas C
= 110xxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.zzzzzzzz
x melambangkan bit network dan z melambangkan bit host. beberapa hal yang bisa dicari dengan menggunakan bit network dan bit host mencari subnetmask.
Dengan mengetahui berapa banyak bit network yang ada, kita bisa mengetahui subnetmask dari IP address tersebut. cara mendapatkan subnetmask adalah dengan memberikan nilai 1 kepada bit network dan memberikan nilai 0 pada bit host. misalkan bit network diketahui sebanyak 16 bit, maka subnetmasknya adalah 11111111.11111111.00000000.00000000 = 255.255.0.0 ( diubah kedalam bentuk desimal )
Mencari network address
Hampir sama
dengan mencari subnetmask, disini kita membiarkan bit network seperti apa
adanya dan semua bit host diberikan nilai 0. misalkan kita punya IP address
192.168.142.60/27. kita ingin mengetahui IP tersebut ada di jaringan yang mana.
Caranya adalah sebagai berikut ubah IP menjadi bentuk biner
192.168.142.00111100
kita tau bahwa tiap oktet itu terdiri dari 8 bit, jadi untuk 3 oktet pertama tidak perlu diubah menjadi bentuk binernya karena hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga anda :p. keseluruhan IP address itu terdiri dari 32 bit yang terbentuk dari bit host dan bit network. pada alamat diatas telah diberitahukan bahwa bit network ada sebanyak 27 bit (dilihat dari /27), maka bit host nya adalah 32-27 = 5. jadi 5 bit terakhir akan kita ubah menjadi 0 seperti berikut
192.168.142.00100000 = 192.168.142.32 (ini adalah network address yang dicari)
ternyata 192.168.142.60/27 berada pada jaringan 192.168.142.32
kita tau bahwa tiap oktet itu terdiri dari 8 bit, jadi untuk 3 oktet pertama tidak perlu diubah menjadi bentuk binernya karena hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga anda :p. keseluruhan IP address itu terdiri dari 32 bit yang terbentuk dari bit host dan bit network. pada alamat diatas telah diberitahukan bahwa bit network ada sebanyak 27 bit (dilihat dari /27), maka bit host nya adalah 32-27 = 5. jadi 5 bit terakhir akan kita ubah menjadi 0 seperti berikut
192.168.142.00100000 = 192.168.142.32 (ini adalah network address yang dicari)
ternyata 192.168.142.60/27 berada pada jaringan 192.168.142.32
Mencari broadcast addres
Untuk
mencari broadcast address, kita melakukan hal terbalik pada saat mencari
network address. pada pencarian network address, semua bit host nya dibuat
menjadi 0, maka pada pencarian broadcast address ini semua bit host nya dibuat
menjadi 1. kita pakai contoh pada pencarian network address diatas
192.168.142.00111111
= 192.168.142.63 (ini adalah broadcast address yang dicari)
Penghitungan IPV 4
Penghitungan IPV 4
Rumus
perhitungan
32 – prefix
= n
2(n) = N – 1
Contoh soal
100.16.255.124/26
32 – 26 = 6
32 – 26 = 6
2(6) = 64 –
1 = 63
N =
100.16.255.128
B =
100.16.255.187
Net =
255.255.255.192
C.
IPV6
·
Definisi IPv6
IP versi 6
(IPv6) adalah protokol internet versi baru yang didesain sebagai pengganti dari
Internet protocol versi 4 (IPv4) yang didefinisikan dalam RFC 791.
IPv6 yang memiliki kapasitas
alamat (address) raksasa (128
bit), mendukung penyusunan alamat secara
terstruktur, yang memungkinkan
Internet terus berkembang dan menyediakan kemampuan routing baru
yang tidak terdapat pada IPv4. IPv6 memiliki tipe alamat anycast
yang dapat digunakan untuk pemilihan route secara efisien. Selain itu IPv6 juga
dilengkapi oleh mekanisme penggunaan alamat secara local yang memungkinkan
terwujudnya instalasi secara Plug&Play, serta menyediakan platform bagi
cara baru pemakaian Internet, seperti dukungan terhadap aliran datasecara
real-time, pemilihan provider, mobilitas host,
end-to-end security, maupun konfigurasi otomatis.
·
Keunggulan IPv6
Otomatisasi
berbagai setting
/ Stateless-less
auto-configuration (plug&play). Alamat pada
IPv4 pada dasarnya statis
terhadap host. Biasanya diberikan secara berurut pada host.
Memang saat ini hal di atas bisa dilakukan secara
otomatis dengan menggunakan
DHCP (Dynamic Host Configuration
Protocol), tetapi hal tersebut
pada IPv4 merupakan fungsi
tambahan saja, sebaliknya pada IPv6 fungsi untuk men-setting secara
otomatis disediakan secara standar dan merupakan default-nya. Pada
setting otomatis ini terdapat dua cara tergantung dari penggunaan address,
yaitu setting otomatis stateless dan statefull.
1. Setting Otomatis Statefull
Cara
pengelolaan secara ketat dalam hal range IP address yang diberikan
pada host dengan
menyediakan server untuk
pengelolaan keadaan IP address, dimana cara
ini hampir mirip dengan cara
DHCP pada IPv4. Pada saat
melakukan setting secara otomatis, informasi
yang dibutuhkan antara router,server dan
host adalah ICMP (Internet Control Message Protocol) yang telah
diperluas. Pada ICMP dalam IPv6 ini, termasuk pula
IGMP (Internet Group management Protocol)
yang dipakai pada multicast pada IPv4.
2. Setting Otomatis Stateless
Pada
cara ini tidak perlu
menyediakan server untuk pengelolaan dan
pembagian IP address, hanya
men-setting router saja dimana
host yang telah tersambung di jaringan dari router yang
ada pada jaringan tersebut memperoleh prefix dari address dari jaringan
tersebut. Kemudian host menambah pattern bit yang diperoleh dari
informasi yang unik terhadap host, lalu membuat IP address sepanjang 128 bit
dan menjadikannya sebagai IP address dari host tersebut. Pada informasi unik
bagi host ini, digunakan antara lain address MAC dari network interface.
Pada setting otomatis stateless ini dibalik kemudahan pengelolaan, pada
Ethernet atau FDDI karena perlu memberikan minimal 48 bit (sebesar address
MAC) terhadap satu jaringan, memiliki kelemahan
yaitu efisiensi penggunaan alamat yang buruk.
·
Address IPv6
1. Unicast (One-to-one)
Digunakan
untuk komunikasi satu lawan satu, dengan menunjuk satu host.
Pada alamat
unicast ini terdiri dari :
a.
Global, alamat yang digunakan misalnya untuk alamat provider atau
alamat geografis.
b.
Link Local Address adalah alamat yang dipakai di dalam satu link saja. Yang
dimaksud link di sini adalah jaringan lokal yang saling tersambung pada satu
level. Alamat ini dibuat
secara otomatis oleh host
yang belum mendapat alamat global, terdiri dari 10+n bit
prefix yang dimulai dengan “FE80″ dan field sepanjang 118-n bit yang
menunjukkan nomor host. Link Local Address digunakan pada pemberian
alamat IP secara otomatis.
c. Site-local, alamat yang setara
dengan private address, yang dipakai terbatas di dalam site saja. Alamat ini
dapat diberikan bebas, asal unik di dalam site tersebut, namun tidak bisa
mengirimkan paket dengan tujuan alamat ini di luar dari site tersebut.
4.
Kompatibel.
2. Multicast (One-to-many)
Yang
digunakan untuk komunikasi satu lawan banyak dengan menunjuk host
dari group. Multicast address ini pada IPv4 didefinisikan
sebagai kelas D, sedangkan pada IPv6
ruang yang 8 bit
pertamanya di mulai dengan “FF”
disediakan untuk multicast address. Ruang ini kemudian dibagi-bagi lagi untuk
menentukan range berlakunya. Kemudian
blockcast address pada IPv4 yang
alamat bagian hostnya didefinisikan sebagai “1″, pada IPv6 sudah termasuk di
dalam multicast address ini. Blockcast address untuk komunikasi dalam segmen
yang sama yang dipisahkan oleh gateway, sama halnya dengan multicast address 10
dipilih berdasarkan range tujuan.
3. Anycast
Yang
menunjuk host dari group, tetapi paket yang dikirim hanya pada satu host
saja. Pada alamat jenis ini, sebuah alamat diberikan
pada beberapa host, untuk mendefinisikan kumpulan node. Jika ada paket yang
dikirim ke alamat ini, maka router akan mengirim
paket tersebut ke host terdekat
yang memiliki Anycast address sama. Dengan kata lain, pemilik paket
menyerahkan pada router tujuan yang paling “cocok” bagi pengiriman paket
tersebut. Pemakaian Anycast ini misalnya terhadap beberapa server
yang memberikan layanan seperti DNS (Domain Name Server). Dengan memberikan
Anycast alamat Address sama pada server-server tersebut, jika ada paket yang
dikirim oleh client ke alamat ini, maka router akan
memilih server yang terdekat
dan mengirimkan paket tersebut ke
server tersebut. Sehingga, beban terhadap server dapat terdistribusi
secara merata. Bagi anycast ini tidak
disediakan ruang khusus. Jika terhadap beberapa host
diberikan sebuah alamat yang
sama, maka alamat tersebut
dianggap sebagai Anycast Address.
·
Penulisan Alamat pada IPv6
Model
x:x:x:x:x:x:x:x dimana ‘x‘ berupa
nilai hexadesimal dari 16 bit
porsi alamat, karena ada 8 buah ‘x‘ maka jumlah totalnya ada 16 * 8 = 128 bit.
Contohnya adalah :
FEDC : BA98 : 7654 : 3210 : FEDC : BA98 : 7654 : 3210
Jika format
pengalamatan IPv6 mengandung kumpulan group 16 bit alamat, yaitu
‘x‘, yang
bernilai 0 maka dapat direpresentasikan sebagai ‘::’. Contohnya adalah :
FEDC : 0 : 0 : 0 : 0 : 0 : 7654 : 3210
dapat
direpresentasikan sebagai
FEDC :: 7654 : 3210
Dan
0:0:0:0:0:0:0:1 dapat direpresentasikan
sebagai ::1
Model
x:x:x:x:x:x:d.d.d.d dimana ‘d.d.d.d’
adalah alamat IPv4 semacam
167.205.25.6
yang digunakan untuk automatic tunnelling. Contohnya adalah :
0:0:0:0:0:0:167.205.25.6 atau ::167.205.25.6
0:0:0:0:0:ffff:167.205.25.7 atau :ffff:167.205.25.7
Jadi jika
sekarang mengakses alamat di internet misalnya 167.205.25.6 pada
saatnya nanti format tersebut
akan digantikan menjadi semacam
::ba67:080:18. Sebagaimana IPv4, IPv6 menggunakan bitmask untuk keperluan
subnetting yang direpresentasikan
sama seperti representasi prefix-length
pada teknik CIDR yang digunakan pada IPv4, misalnya :
3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60
menunjukkan
bahwa 60 bit awal merupakan bagian network bit. Jika pada IPv4 mengenal
pembagian kelas IP menjadi kelas A, B, dan C maka pada IPv6 pun dilakukan
pembagian kelas berdasarkan fomat prefix (FP) yaitu format bit awal alamat.
Misalnya :
3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60 maka
jika diperhatikan 4 bit awal yaitu hexa ‘3’ didapatkan format prefixnya untuk 4
bit awal adalah 0011 (yaitu nilai ‘3’ hexa dalam biner).
F. Kelas IPv6
Ada beberapa
kelas IPv6 yang penting yaitu :
1.
Aggregatable Global Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat
IPv6 dengan
bit awal 001.
2.
Link-Local Unicast Addresses :
termasuk di dalamnya adalah
alamat IPv6
dengan bit awal 1111 1110 10.
3.
Site-Local Unicast Addresses :
termasuk di dalamnya adalah
alamat IPv6
dengan bit awal 1111 1110 11.
4.
Multicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit
awal 1111 1111.
Pada protokol IPv4 dikenal alamat-alamat khusus
semacam 127.0.0.1 yang
mengacu ke
localhost, alamat ini
direpresentasikan sebagai 0:0:0:0:0:0:0:1
atau ::1
dalam protokol IPv6. Selain itu pada IPv6 dikenal alamat khusus lain
yaitu 0:0:0:0:0:0:0:0 yang
dikenal sebagai unspecified address yang tidak boleh
diberikan
sebagai pengenal pada suatu interface. Secara garis besar format unicast
address
adalah sebagai berikut :
Interface ID
digunakan sebagai pengenal unik masing-masing host dalam satu
subnet. Dalam penggunaannya
umumnya interface ID berjumlah
64 bits dengan format IEEE EUI-64. Jika digunakan media
ethernet yang memiliki 48 bit MAC address
maka pembentukan interface ID dalam format IEEE EUI-64
adalah
sebagai berikut :
Misalkan MAC address-nya adalah 00:40:F4:C0:97:57
1. Tambahkan 2
byte yaitu 0xFFFE di
bagian tengah alamat tersebut
sehingga menjadi 00:40:F4:FF:FE:C0:97:57
2. Komplemenkan (ganti bit 1 ke 0 dan
sebaliknya) bit kedua dari belakang pada byte awal alamat yang terbentuk,
sehingga yang dikomplemenkan adalah ‘00’ (dalam hexadesimal) atau ‘00000000’ (dalam
biner) menjadi ‘00000010’ atau ‘02’ dalam hexadesimal.
3. Didapatkan
interface ID
dalam format
IEEE EUI-64 adalah 0240:F4FF:FEC0:9757.
Di bawah ini
adalah tabel perbandingan antara IPv4 dan IPv6 :
·
Struktur Paket Data pada IPv6
Dalam
men-design header paket ini,
diupayakan agar cost atau nilai
pemrosesan header menjadi kecil untuk mendukung komunikasi data yang
lebih real time. Misalnya, alamat awal dan akhir menjadi dibutuhkan pada
setiap paket. Sedangkan pada header
IPv4 ketika paket
dipecah-pecah, ada field untuk menyimpan
urutan antar paket. Namun field tersebut tidak terpakai ketika paket tidak
dipecah-pecah. Header pada Ipv6 terdiri dari dua jenis, yang pertama, yaitu
field yang dibutuhkan oleh setiap paket disebut header dasar, sedangkan yang
kedua yaitu field yang tidak selalu diperlukan pada packet disebut header
ekstensi, dan header ini didifinisikan terpisah dari header dasar. Header
dasar selalu ada pada setiap packet, sedangkan header tambahan
hanya jika diperlukan
diselipkan antara header dasar
dengan data. Header tambahan, saat ini
didefinisikan selain bagi penggunaan ketika packet dipecah, juga
didefinisikan bagi fungsi security
dan lain-lain. Header tambahan
ini, diletakkan setelah header dasar, jika dibutuhkan beberapa header, maka
header ini akan disambungkan berantai dimulai dari header dasar dan berakhir
pada data. Router hanya perlu memproses
header yang terkecil yang diperlukan
saja, sehingga waktu pemrosesan
menjadi lebih cepat. Hasil
dari perbaikan ini, meskipun ukuran header dasar
membesar dari 20 bytes menjadi 40 bytes namun jumlah field berkurang dari 12
menjadi 8 buah saja.
·
Perubahan dari IPv4 ke IPv6
Perubahan
dari IPv4 ke IPv6 pada dasarnya
terjadi karena beberapa
hal
yang dikelompokkan dalam kategori berikut :
1. Kapasitas Perluasan Alamat
IPv6
meningkatkan ukuran dan jumlah alamat yang mampu didukung oleh IPv4 dari 32 bit
menjadi 128bit. Peningkatan kapasitas alamat ini digunakan untuk
mendukung peningkatan hirarki
atau kelompok pengalamatan, peningkatan
jumlah atau kapasitas alamat yang dapat dialokasikan dan diberikan pada
node dan mempermudah konfigurasi alamat pada node sehingga dapat
dilakukan secara
otomatis.
Peningkatan skalabilitas juga dilakukan pada routing multicast dengan
meningkatkan cakupan dan jumlah
pada alamat multicast. IPv6
ini selain meningkatkan jumlah kapasitas alamat yang dapat dialokasikan
pada node juga mengenalkan jenis atau
tipe alamat baru, yaitu
alamat anycast. Tipe alamat anycast ini
didefinisikan dan digunakan untuk mengirimkan paket ke salah satu dari kumpulan
node.
2. Penyederhanaan Format Header
Beberapa
kolom pada header IPv4
telah dihilangkan atau dapat
dibuat sebagai header pilihan. Hal ini digunakan untuk mengurangi biaya
pemrosesan hal-hal yang umum pada penanganan paket IPv6 dan membatasi biaya
bandwidth pada header IPv6. Dengan demikian, pemerosesan header pada paket IPv6
dapat dilakukan secara efisien.
3. Option dan Extension Header
Perubahan
yang terjadi pada header-header
IP yaitu dengan adanya pengkodean
header Options (pilihan) pada IP
dimasukkan agar lebih efisien
dalam penerusan paket (packet
forwarding), agar tidak terlalu
ketat dalam pembatasan panjang header pilihan yang terdapat dalam
paket IPv6 dan sangat fleksibel/dimungkinkan untuk mengenalkan header pilihan
baru pada masa akan datang.
4. Kemampuan Pelabelan Aliran
Paket
Kemampuan
atau fitur baru ditambahkan
pada IPv6 ini adalah
memungkinkan pelabelan paket
atau pengklasifikasikan paket yang
meminta penanganan khusus, seperti kualitas mutu layanan tertentu
(QoS) atau real-time.
5. Autentifikasi dan Kemampuan
Privasi
Kemampuan
tambahan untuk mendukung autentifikasi, integritas data dan data penting juga
dispesifikasikan dalam alamat IPv6. Perubahan terbesar pada IPv6 adalah
perluasan IP address dari 32 bit pada IPv4 menjadi 128 bit.128 bit ini adalah
ruang address yang kontinyu dengan menghilangkan konsep kelas. Selain itu juga
dilakukan perubahan pada cara penulisan IP address. Jika pada IPv4 32 bit
dibagi menjadi masing-masing 8 bit yang dipisah kan dengan “.” dan di tuliskan
dengan angka desimal, maka
pada IPv6, 128 bit
tersebut dipisahkan menjadi masing-masing
16 bit yang tiap
bagian dipisahkan dengan “:”dan
dituliskan dengan hexadesimal. Selain
itu diperkenalkan pula struktur
bertingkat agar pengelolaan routing menjadi mudah. Pada CIDR
(Classless Interdomain Routing) table routing diperkecil dengan menggabungkan
jadi satu informasi routing dari sebuah organisasi.
·
Transisi IPv6
Untuk mengatasi
kendala perbedaan antara IPv4 dan IPv6 serta menjamin terselenggaranya
komunikasi antara pengguna IPv4 dan pengguna
IPv6, maka dibuat suatu metode
Hosts – dual stack serta
Networks – Tunneling pada perangkat jaringan,
misalnya router dan server .
Jadi setiap
router menerima suatu paket, maka router akan memilah paket tersebut untuk
menentukan protokol yang digunakan, kemudian router tersebut akan meneruskan ke
layer diatasnya.
D. SUBNETTING
·
Pengertian Subnetting
Subnetting adalah teknik
memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara
mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP
Address kelas B dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan
beberapa network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada
dalam tiap network tersebut.
·
Alasan Melakukan Subnetting
1.
Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Jika internet
terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memliki
254, 65.000, atau 16 juta IP address untuk host devicenya. Walaupun terdapat
banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, namun hanya sedikit network
(kalau tidak mau dibilang ada) yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta.
Dan network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas
B dan mungkin akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address.
2.
Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host
device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan
memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar semua komputer dengan
network ID yang sama harus berada di physical network yang sama juga. Physical
network memiliki domain broadcast yang sama, yang berarti sebuah medium network
harus membawa semua traffic untuk network. Karena alasan kinerja, network
biasanya disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil – bahkan
lebih kecil – dari Class C address.
·
Tujuan Subnetting
Tujuan dari subnetting adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengefisienkan pengalamatan
(misal untuk jaringan yang hanya mempunyai 10 host, kalau kita menggunakan
kelas C saja terdapat 254 – 10 =244 alamat yang tidak terpakai).
2. Membagi satu kelas network atas
sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil.
3. Menempatkan suatu host, apakah berada
dalam satu jaringan atau tidak. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam
satu jaringan atau tidak.
4. Untuk mengatasi masalah perbedaaan
hardware dengan topologi fisik jaringan.
5. Untuk mengefisienkan alokasi IP
Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
6. Mengatasi masalah perbedaan hardware
dan media fisik yang digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat
mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap
network memiliki address network yang unik.
7. Meningkatkan security dan mengurangi
terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
·
Fungsi Subnetting
Fungsi subnetting antara lain sbb:
Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data yang lewat di
perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet.
Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.
Pengelolaan yang disederhanakan.
Membantu
pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang menjauh,
·
Proses Subnetting
Untuk melakukan proses subnetting kita
akan melakukan beberapa proses antara lain :
1. Menentukan jumlah subnet yang
dihasilkan oleh subnet mask.
2. Menentukan jumlah host per subnet.
3. Menentukan subnet yang valid.
4. Menentukan alamat broadcast untuk
tiap subnet.
5. Menentukan host – host yang valid
untuk tiap subnet.
·
Mengenal Teknik Subnetting
Misalkan disebuah perusahaan terdapat 200
komputer (host). Tanpa menggunakan subnetting maka semua komputer (host)
tersebut dapat kita hubungkan kedalam sebuah jaringan tunggal dengan perincian
sebagai berikut:
Misal kita gunakan IP Address Private
kelas C dengan subnet mask defaultnya yaitu 255.255.255.0 sehingga perinciannya
sebagai berikut:
Network Perusahaan
Alamat
Jaringan :
192.168.1.0
Host
Pertama :
192.168.1.1
Host
Terakhir :
192.168.1.254
Broadcast
Address :
192.168.1.255
Misalkan diperusahaan tersebut terdapat 2
divisi yang berbeda sehingga kita akan memecah network tersebut menjadi 2 buah
subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita akan menggunakan subnet mask 255.255.255.128 (nilai
subnet mask ini berbeda-beda tergantung berapa subnetwork yang akan kita buat)
sehingga akan menghasilkan 2 buah blok subnet, dengan perincian sebagai
berikut:
Network Divisi A
Alamat Jaringan / Subnet
A : 192.168.1.0
Host
Pertama :
192.168.1.1
Host
Terakhir :
192.168.1.126
Broadcast
Address :
192.168.1.127
Network Divisi B
Alamat Jaringan / Subnet
B : 192.168.1.128
Host
Pertama :
192.168.1.129
Host Terakhir :
192.168.1.254
Broadcast
Address :
192.168.1.255
Dengan demikian dengan teknik subnetting
akan terdapat 2 buah subnetwork yang masing-masing network maksimal terdiri
dari 125 host (komputer). Masing-masing komputer dari subnetwork yang berbeda
tidak akan bisa saling berkomunikasi sehingga meningkatkan security dan
mengurangi terjadinya kongesti. Apabila dikehendaki agar beberapa komputer dari
network yang berbeda tersebut dapat saling berkomunikasi maka kita harus
menggunakan Router.
·
Subnet Mask
Subnetmask digunakan
untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi
network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana
yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET
MASKnya. SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP Address adalah
sbb:
Class
|
Oktet Pertama
|
Subnet Mask Default
|
Private Address
|
A
|
1 - 127
|
255.0.0.0
|
10.0.0.0 –
10.255.255.255
|
B
|
128 - 191
|
255.255.0.0
|
172.16.0.0
– 172.31.255.255
|
C
|
192 - 223
|
255.255.225.0
|
192.168.0.0
– 192.168.255.255
|
Subnetmask diperlukan oleh TCP/IP untuk
menentukan apakah suatu jaringan yang dimaksud adalah termasuk jaringan lokal
atau non lokal.
Network ID dan host ID di dalam
IP address dibedakan oleh penggunaan subnet mask. Masing-masing subnet mask
merupakan pola nomor 32-bit yang merupakan bit groups dari semua (1) yang
menunjukkan network ID dan semua nol (0) menunjukkan host ID dari porsi IP
address.
Kelas IP Address
|
BIT SUBNET (Default)
|
SUBNETMASK (Default)
|
A
|
11111111 00000000 00000000 00000000
|
255.0.0.0
|
B
|
11111111 11111111 00000000 00000000
|
255.255.0.0
|
C
|
11111111 11111111 11111111 00000000
|
255.255.255.0
|
Jangan bingung membedakan antara
subnet mask dengan IP address. Sebuah subnet mask tidak mewakili sebuah device atau network di
internet. Subnet mask digunakan untuk menandakan bagian mana dari IP address
yang digunakan untuk menentukan network ID. Anda dapat langsung dengan mudah
mengenali subnet mask, karena octet pertama pasti 255, oleh karena itu 255
bukanlah octet yang valid untuk IP address class.
Terdapat
aturan-aturan dalam membuat Subnet Mask:
Angka minimal untuk network ID adalah 8
bit. Sehingga, oktet pertama dari subnet pasti 255.
1. Angka maksimal untuk network ID
adalah 30 bit. Anda harus menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk
mengizinkan paling tidak 2 host. Jika anda menggunakan seluruh 32 bit untuk
network ID, maka tidak akan tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan
bisa. Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host ID
yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast address dan semua 0
digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri. Jadi, jika anda menggunakan
31 bit untuk network ID dan menyisakan hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1
digunakan untuk broadcast address dan host ID 0 adalah network itu sendiri)
maka tidak akan ada ruang untuk host sebenarnya. Makanya maximum network ID
adalah 30 bit.
2. Karena network ID selalu disusun oleh
deretan angka-angka 1, hanya 9 nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet
subnet mask (termasuk 0). Tabel berikut ini adalah kemungkinan nilai-nilai yang
berasal dari 8 bit.
BINARY
OCNET
|
DECIMAL
|
00000000
|
0
|
10000000
|
128
|
11000000
|
192
|
11100000
|
224
|
11110000
|
240
|
11111000
|
248
|
11111100
|
252
|
11111110
|
254
|
11111111
|
255
|
·
Penghitungan Subnetting
Penghitungan subnetting bisa
dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang
lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar
di empat masalah yaitu:
ü Jumlah Subnet.
ü Jumlah Host per Subnet.
ü Blok Subnet.
ü Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan
192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24 artinya bahwa IP address
192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24
diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1.
Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut
dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali
tahun 1992 oleh IEFT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IPv4 yang merupakan pondasi dari
Internet telah hampir mendekati batas akhir dari
kemampuannya, dan IPv6
yang merupakan protokol
baru telah dirancang untuk dapat
menggantikan fungsi IPv4.
Motivasi utama untuk mengganti IPv4 adalah karena
keterbatasan dari panjang addressnya yang hanya 32 bit saja serta tidak mampu
mendukung kebutuhan akan komunikasi yang aman, routing
yang fleksibel maupun
pengaturan lalu lintas data.
Keunggulan IPv6 dibandingkan
dengan IPv4 diantaranya yaitu
setting otomatis stateless dan statefull.
Kemudian, dasar migrasi
perubahan dari Ipv4
ke Ipv6 diantaranya kapasitas perluasan alamat,
penyederhanaan format header, option dan extension header,
kemampuan pelabelan aliran
paket serta autentifikasi dan
kemampuan privasi. Untuk mengatasi
kendala perbedaan
antara IPv4
dan IPv6 serta
menjamin terselenggaranya komunikasi antara
pengguna IPv4 dan pengguna IPv6, maka dibuat suatu metode Hosts – dual
stack serta Networks – Tunneling pada hardware jaringan, misalnya
router dan serve
Subnetting adalah teknik
memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara
mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP
Address kelas B dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan
beberapa network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada
dalam tiap network tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar